Poinpertama yang perlu Anda perhatikan saat memilih tepung terigu adalah kadar proteinnya. Kadar protein dalam tepung terigu berpengaruh pada kemampuan tepung tersebut dalam menyerap air. Makin tinggi kadar protein dalam tepung, makin tinggi juga kemampuannya dalam menyerap air. Bagaimana cara memilih terigu berdasarkan kadar proteinnya?
right ratio to produce wet noodle with the best physical and sensory characteristics. The ratio resulted in wet noodle with cooking time, rehydration power, cooking loss, and elasticity of 127 seconds, and respectively. In addition, the wet noodle with this ratio had the sensory properties of colour, aroma, taste, and elasticity which were similar to the commercial wet noodle. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Available Online At http// The Journal of Fisheries Development, Januari 2020 Volume 4, Nomor 1 Hal 43 โ€“ 50 e-ISSN 2528-3987 43 * Korespondensi Email hcdtuhumury Alamat Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon, 97233 KARAKTERISTIK FISIK MIE BASAH DENGAN VARIASI TEPUNG TERIGU, TEPUNG MOCAF, DAN TEPUNG IKAN TUNA Helen. C. D. Tuhumury1*, La Ega1 dan Pipit Sulfiyah1 1 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon Received 08 November 2019 - Accepted 02 Januari 2020 ABSTRACT Various efforts have been carried on reducing dependence on wheat flour by developing products from alternative local resources including Mocaf. Noodles made of wheat flour and Mocaf have high carbohydrate content and can be fortified with high protein materials such as fish flour. A Completely Randomized experimental Design with 6 levels of treatments i,e ratio of wheat flour Mocaf tuna fish flour, 75250, 752510, 752520, 50500, 505010, and 5050 20 was applied in this research. Result showed that the ratio of wheat flour Mocaf tuna fish flour of 752510 was found to be the right ratio to produce wet noodle with the best physical and sensory characteristics. The ratio resulted in wet noodle with cooking time, rehydration power, cooking loss, and elasticity of 127 seconds, and respectively. In addition, the wet noodle with this ratio had the sensory properties of colour, aroma, taste, and elasticity which were similar to the commercial wet noodle. Keywords wheat flour, Mocaf, tuna fish flour, wet noodle. PENDAHULUAN Mie merupakan salah satu produk pangan yang paling populer di Asia. Di Indonesia mie merupakan makanan yang sangat digemari mulai anak-anak sampai orang dewasa. Mie telah digunakan sebagai salah satu pangan alternatif pengganti nasi hal ini dimungkinkan karena sifat mie yang praktis dan rasanya enak merupakan daya tarik, harganya yang relatif murah, membuat produk mie dapat dijangkau oleh banyak lapisan masyarakat. Adapun produk mie yang dikenal oleh masyarakat yaitu mie basah, mie mentah mie ayam, mie kering dan mie instan. Mie basah adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, garam dan air serta bahan tambahan pangan lain Hou & Kruk, 1998. Produk mie basah saat ini mengalami perkembangan dengan variasi campuran antara tepung terigu sebagai bahan baku utama dengan bahan-bahan lain seperti umbi-umbian dan sayur sayuran yang tentu saja dapat meningkatkan kandungan gizi mie tersebut. Menurut Astawan 2008, mie merupakan produk pangan yang dibuat dari adonan terigu atau tepung lainnya sebagai bahan utama dengan tanpa penambahan bahan tambahan lainnya. Bagi Indonesia yang bukan negara penghasil gandum, substitusi dengan tepung non-terigu untuk pembuatan makanan dapat menghemat devisa negara Herlina, 2002. Untuk mengurangi ketergantungan terigu serta menurunkan harga jual produk mie, Helen. C. D. Tuhumury, La Ega dan Pipit Sulfiyah, Karakteristik Fisik Mie Basah Dengan Variasi Tepung Terigu, Tepung Mocaf, Dan Tepung Ikan Tuna 44 penggunaan terigu dapat dikurangi dengan menggunakan berbagai jenis tepung non-terigu lainnya, salah satunya yaitu tepung MOCAF modified cassava flour. Mocaf adalah produk turunan dari tepung singkong yang diperoleh dengan memodifikasi singkong secara fermentasi Oโ€™Brien et al., 1991, dimana mikroba BAL Bakteri Asam Laktat mendominasi selama fermentasi tepung singkong Subagio, 2008. Fermentasi Mocaf biasanya menggunakan starter Bimo โ€“CF, dan ada pula fermentasi dengan cara lain yaitu perendaman selama beberapa hari, menggunnakan ragi seperti ragi tempe, rage tape, ragi roti dan lain-lain. Dari beberapa penilitian fermentasi menggunakan ragi tape menghasilkan Mocaf lebih baik dibandingkan strarter lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa mie yang dibuat dengan menggunakan 100% Mocaf F tidak berhasil karena tepung Mocaf memiliki kandungan protein rendah dan tidak memiliki kandungan glutein sama sekali, Mocaf di subtitusikan dengan tepung terigu sekitar 20 -30% menghasilkan mie dengan kualitas yang baik. Penambahan Mocaf diatas konsentrasi tersbut akan menurunkan kualitas mie yang mengakibatkan mie memiliki daya elastis rendah. Semakin tingi penambahan tepung Mocaf akan mengakibatkan mie mudah rapuh dan mudah patah. Mie berbahan baku tepung terigu dan Mocaf memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan dapat diperbaiki dengan bahan baku yang mengandung protein tinggi. Selain protein dari sumber nabati, protein dari hewani bisa dimanfaatkan karena memiliki protein yang lebih lengkap dan lebih tinggi seperti tepung ikan. Tepung ikan sebagai sumber protein hewani memiliki kedudukan penting yang sampai saat ini masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain. Kandungan protein asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino lisin dan metionin. Disamping itu, juga mengandung mineral kalsium dan fosfor, serta vitamin B komplek, khususnya vitamin B12 Purnamasari et al, 2006. Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk pangan karena memiliki kadar gizi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan asupan zat gizi masyarakat yang satunya ikan yang mengandung protein tinggi yaitu ikan tuna. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh perbandingan tepung terigu, tepung Mocaf, dan tepung ikan tuna terhadap karakteristik fisik mie basa serta menentukan tingkat penerimaan mie basah secara organoleptik dengan perbandingan tepung terigu, tepung Mocaf, dan tepung ikan tuna. METODE PENELITIAN Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi kayu, ikan tuna, dan terigu, garam, ragi tapai, Bahan kimianya Petroleum eter, Na2SO4-HgO, HCl 0,02 N , H2SO4. Prosedur Penelitian Pembuatan Tepung Mocaf Tepung Mocaf dibuat sesuai metode Amri dan Pratiwi 2014. Ubi kayu dikupas, dicuci dan direndam dalam air, setelah itu dirawut. Ubi kayu sawut/chip direndam dalam larutan garam dapur 5% selama 6 jam. Sawut difermentasi dengan ragi tapai dengan konsentrasi 0,5% selama 3 hari. Setelah fermentasi, sawut ditiriskan dan dikeringkan dengan oven dengan suhu 40ยฐC selama 2 hari. Sawut kemudian dihaluskan hingga membentuk tepung dengan blender Available Online At http// The Journal of Fisheries Development, Januari 2020 Volume 4, Nomor 1 Hal 43 โ€“ 50 e-ISSN 2528-3987 45 * Korespondensi Email hcdtuhumury Alamat Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon, 97233 dan diayak dengan mengguanakan ayakan 80 mesh. Pembuatan Tepung Ikan Ikan tuna dibersihkan dan dipisahkan kulit dan tulangnya. Ikan dimasukkan ke alat perebus selama 2 menit untuk menghilangkan lemak, selanjutnya bahan baku dicacah menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang telah ditentukan setelah itu dilakukan Pengeringan, setelah potongan โ€“ potongan ikan yang sudah kering dihaluskan, dan diayak untuk menghasilkan tepung ikan. Pembuatan Mie Basah Tepung terigu, tepung Mocaf dan tepung ikan sesuai perlakuan dicampurkan lalu ditambahkan bahan pembantu lain seperti garam dapur sebanyak 2%, telur 1 buah, CMC 1% Dilakukan pencampuran agar tercampur secara merata dan tambhakan air 68 ml di aduk sampai menjai adonan. Setelah adonan maka adonan perlu didiamkan sebentar selama 5 menit yang berfungsi untuk membantu air untuk bereaksi membentuk gluten. Kemudian dilakukan pemipihan adonan menggunakan roll pressing sheeter hingga terbentuk lembaran adonan setebal 2 ยฑ mm. Setelah terbentuk lembaran mie maka adonan tersebut dicetak menggunakan noodle maker untuk dibentuk menjadi untaian mie. Setelah terbentuk untaian mie, kemudian mie mentah tersebut direbus pada air mendidih ยฑ 2 menit, lalu angkat. Analisis Data Sifat fisik Mie Basah Waktu pemasakan/Cooking Time Basman & Yalcin, 2011 Sampel ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5 cm. sampel lalu dimasak dalam 200 mL aquades mendidih pada gelas piala tertutup. Waktu pemasakan optimum ditentukan dengan mengambil 1 potongan mie setiap 15 detik, kemudiam ditekan antara 2 buah kaca alroji. Lama pemasakan optimum ditentukan ketika bagian tengah dari sampel telah menjadi transparan, atau ketika tidak nampak warna putih dari bagian tengah benang sampel. Daya Rehidrasi Metode Gravimetri, Ramlah, 1997 Daya rehidrasi adalah kemampuan mie untuk menyerap air sesudah gelatinisasi. Pengukurannya dilakukan dengan menimbang mie basah a gram, kemudian direbus sampai masak 4 menit. Setelah masak ditiriskan kemudian ditimbang b gram. ๎œฆ๎œฝ๎•๎œฝ๎€ƒ๎Ž๎๎„๎…๎€๎Ž๎œฝ๎๎… ๎ตŒ ๎€ƒ ๎ฏ•๎ฌฟ๎ฏ”๎ฏ”๎ตˆ๎ณ๎ฒ๎ฒ๎Žจ Kehilangan padatan Cooking Loss Basman & Yalcin, 2011 Sampel ditimbang sebanyak 5 g, kemudian dipotong-potong dengan ukuran 5 cm. sampel lalu dimasak dalam 150 mL aquades/ mendidih pada gelas piala tertutup, dengan waktu 1 menit diatas waktu pemasakan optimum. Pemasakan dihentikan dengan cara sampel dibilas air dingin, selanjutnya sampel dikeringkan menggunakan kertas saring. Kehilangan padatan akibat pemasakan ditentukan dengan menguapkan hingga kering air yang digunakan untuk memasak dan air bilasan pada suhu 110ยฐC dalam gelas piala yang telah ditimbang sebelumnya. Residu yang diperoleh ditimbang dan ditentukan sebagai persen. Helen. C. D. Tuhumury, La Ega dan Pipit Sulfiyah, Karakteristik Fisik Mie Basah Dengan Variasi Tepung Terigu, Tepung Mocaf, Dan Tepung Ikan Tuna 46 Kehilangan padatan % = berat residu kering/berat sampel sebelum dimasak x 100 Daya Elastisitas, Metode Pengukuran Panjang Ramlah, 1997 Pengukuran elastisitas dilakukan dengan menggunakan penggaris. Sampel yang telah dimasak ditempatkan di atas penggaris dan diukur panjangnya sebagai panjang awal P1, kemudian ditarik hingga putus dan diukur panjangnya sebagai panjang akhir P2. ๎œฆ๎œฝ๎•๎œฝ๎€ƒ๎๎ˆ๎œฝ๎๎๎…๎๎…๎๎œฝ๎ ๎ตŒ ๎€ƒ ๎œฒ๎ด ๎ต† ๎œฒ๎ณ๎œฒ๎ณ ๎ตˆ๎ณ๎ฒ๎ฒ Sifat Organoleptik Mie Basah Pengujian organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji perbandingan jamak. Pengujian ini dilakukan dengan cara panelis diberikan satu nampan berisi 1 contoh baku mie basah komersial yang diberi kode R dan 6 contoh berkode Tabel 1. Atribut sensori yang diuji adalah warna, aroma, rasa dan kekenyalan. Sebanyak 20 panelis diminta untuk mengevaluasi contoh-contoh tersebut menggunakan formulir uji perbandingan jamak. Tabel 1. Karakteristik organoleptik perbandingan jamak Skala Perbandingan Lebih baik dari R HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Mie Basah Waktu Pemasakan Cooking Time Cooking time adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan titik putih di bagian tengah dalam untaian mie pada saat proses pemasakan Basman & Yalcin, 2011. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap cooking time mie basah. Pengaruh perbandingan tepung terigu, tepung Mocaf dan tepung ikan terhadap waktu pemasakannya cooking time mie basah dapat dilihat pada Tabel 2. Waktu pemasakan terlama pada perlakuan terigu Mocaf tepung ikan 75 25 20 dengan lama 150 detik dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lainnya kecuali perlakuan perbandingan 505020 yang memiliki waktu pemasakan tercepat 75 detik. Ada kecenderungan makin banyak tepung ikan yang digunakan untuk perbandingan terigu Mocaf 7525 makin lama waktu pemasakan mie basah. Sedangkan untuk perbandingan 5050, waktu pemasakan makin cepat dan makin banyak tepung ikan pada perbandingan ini makin cepat waktu pemasakannya. Proses pemasakan biasanya berubungan dengan gelatinisasi. Makin banyak Mocaf yang digunakan mempengarui suhu puncak gelatinisasi, Makin banyak mocaf, kandungan gluten makin kurang. Gluten fungsinya menghalangi masuknya air ke dalam granula pati, sehingga makin kurang jumlahnya, makin cepat pati mengalami gelatinisasi. Sebaliknya dengan jumlah gluten yang tetap pada perbandingan 7525 dengan variasi tepung ikan maka makin banyak tepung ikan kandungan proteinnya makin tinggi dan menjalankan fungsi yang sama untuk menghalangi air masuk ke dalam granula pati, sehingga membutuhkan waktu pemasakan yang lebih lama. Available Online At http// The Journal of Fisheries Development, Januari 2020 Volume 4, Nomor 1 Hal 43 โ€“ 50 e-ISSN 2528-3987 47 * Korespondensi Email hcdtuhumury Alamat Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon, 97233 Tabel 2. Karakteristik Fisik Mie Basah Terigu 75% Mocaf 25% ikan 0% Terigu 75% Mocaf 25% ikan 10% Terigu 75% Mocaf 25% ikan 20% Terigu 50% Mocaf 50% ikan 0% Terigu 50% Mocaf 50% ikan 10% Terigu 50% Mocaf 50% ikan 20% Daya Rehidrasi Daya rehidrasi adalah kemampuan mie untuk menyerap air sesudah gelatinisasi. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan tepung terigu Mocaf tepung ikan berpengaruh sangat nyata P< terhadap daya rehidrasi mie basah Tabel 2. Perlakuan 75525 0 memiliki daya rehidrasi tertinggi yaitu 64,09% dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan dengan perbandigan tepung ikan berbeda dengan terigu dan mocaf yang sama 7525. Makin banyak mocaf dengan tepung ikan yang sama, makin rendah daya rehidrasi. Sama halnya dengan makin banyak tepung ikan dengan perbadingan terigu dan mocaf yang sama makin rendah pula daya rehidrasi mie basah. Hal ini juga berkaitan dengan kandungan gluten maupun serat yang ada dalam bahan. Makin banyak mocaf yang digunakan makin kurang gluten dan makin kurang kandungan seratnya. Hal ini karena serat yang terkandung didalam bahan dapat menyerap air lebih banyak, penyerapan air terjadi karena selulosa mampu berikatan dengan molekul air. Kandungan karbohidrat kompleks dan serat pada Mocaf sudah hilang saat proses pembuatan Mocaf. Makin banyak tepung ikan pada perbandingan tepung terigu dan Mocaf yang tetap menghasilkan mie basah dengan daya rehidrasi yang makin rendah. Hal ini karena jumlah protein ikan yang makin banyak berkompetisi dengan karbohidrat untuk mengikat molekul air. Kehilangan Padatan Cooking Loss Cooking loss adalah jumlah substansi padatan yang hilang bersama air hasil dari pemasakan mie Basman & Yalcin, 2011. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan tepung terigu Mocaf tepung ikan berpengaruh sangat nyata P< Perlakuan 505020 menghasilkan mie dengan cooking loss tertinggi yaitu 8,39 % sedangkan yang terenda dengan perlakuan 75250 sebesar 3,67% Tabel 2. Makin banyak Mocaf dibanding tepung terigu dengan jumlah ikan yang tetap, memiliki cooking loss yang lebih tinggi. Hal ini karena jumlah gluten yang makin kurang sehingga adonan yang terbentuk tidak stabil dan tidak kompak akibatnya saat dimasak banyak partikel-partikel bahan yang terlepas Rahayu, 2015. Demikian juga makin banyak tepung ikan dengan perbandingan terigu dan mocaf yang tetap, makin tinggi cooking loss. Hal ini disebabkan semakin banyak konsentrat protein yang ditambahkan maka padatan yang hilang selama proses pemasakan akan semakin tinggi Trisnawati & Nisa, 2015. Tjahja 2009 menyatakan bahwa nilai kehilangan padatan akibat pemasakan KPAP pada mie merupakan parameter terpenting untuk produk mie basah, semakin rendah nilai KPAP mie akan menunjukan bahwa mie tersebut memiliki tekstur yang Helen. C. D. Tuhumury, La Ega dan Pipit Sulfiyah, Karakteristik Fisik Mie Basah Dengan Variasi Tepung Terigu, Tepung Mocaf, Dan Tepung Ikan Tuna 48 baik dan homogen. Nilai KPAP pada mie basah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kadar air dari suatu bahan, dan retrogradasi pati Elastisitas Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan terigu Mocaf tepung ikan berpengaruh sangat nyata P< Elastisitas tertinggi pada perlakuan 75250 yaitu 26,27% sedangkan yang terendah adalah perlakuan 505020 sebesar 10,86% Tabel 2. Makin banyak Mocaf dibanding tepung terigu dengan jumlah ikan yang tetap, memiliki elastisitas yang lebih rendah. Demikian juga makin banyak tepung ikan dengan perbandingan terigu dan mocaf yang tetap, makin rendah elastisitas. Hal ini disebabkan karena daya elastisitas lebih banyak ditentukan oleh kandungan gluten dari tepung terigu. Jika makin banyak konsentrasi protein dari tepung ikan yang ditambahkan, maka proporsi gluten dibanding protein ikan makin menurun, dan mengakibatkan elastisitasnya makin turun. Sifat Organoleptik Mie Basah Uji organoleptik dilaksanakan dengan menggunakan metode Uji Perbandingan Jamak Setyaningsih et al., 2012 yaitu dengan membandingkan sampel dengan mie basah komersial. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan di antara satu atau lebih contoh dengan contoh baku kontrol dan untuk memperkirakan besarnya perbedaan yang ada. Warna Warna mie basah dengan perlakuan 75250 agak lebih baik 3,45 dibandingkan dengan warna mie basah komersial. Makin banyak tepung ikan warnanya sama baik dengan mie basah komersial. Sedangkan makin banyak Mocaf dengan makin tepung ikan 20% warnanya menjadi agak tidak baik 1,75 dibandingkan mie basah komersial Gambar 1. Hal ini disebabkan karena makin tinggi konsentrasi tepung Mocaf menghasilkan mie dengan warna yang lebih tidak menarik dan makin jauh dari warna mie basah komersial yang beredar di pasaran. Aroma Aroma mie basah dengan semua perlakuan memiliki aroma yang sama baik dengan mie basah komersial 2,55-2,9 Gambar 1. Perlakuan penambahan tepung ikan, semakin tinggi konsentrasi tepung ikan yang ditambahkan akan menyebabkan aroma khas ikan, namun belum sampai diambang batas panelis untuk membedakan dengan aroma mie komersial dan panelis menilai aroma sama baik dengan mie basah pembanding mie komersial.Gambar 1. Karakteristik Organoleptik Mie Basah Dengan Perbandingan Jamak 01234Warna Aroma Rasa KekenyalanTerigu 75% mocaf 25% ikan 0%Terigu 75% mocaf 25% ikan10%Terigu 75% mocaf 25% ikan 20%Terigu 50% mocaf 50% ikan 0%Terigu 50% mocaf 50% ikan 10%Terigu 50% mocaf 50% ikan 20% Available Online At http// The Journal of Fisheries Development, Januari 2020 Volume 4, Nomor 1 Hal 43 โ€“ 50 e-ISSN 2528-3987 49 * Korespondensi Email hcdtuhumury Alamat Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon, 97233 Rasa Hampir semua perlakuan perbandingan terigu Mocaf tepung ikan memiliki rasa yang sama baik dengan mie basah komersial 2,55-3,05 Gambar 1, kecuali perlakuan 505020 yang memiliki rasa agak tidak baik 2,2 dari mie basah komersial. Perlakuan penambahan tepung ikan sampai 20% dan penambahan mocaf sampai 50%, akan menyebabkan rasa khas ikan, yang menurunkan penerimaan panelis untuk membedakan dengan rasa mie komersial. Kekenyalan Kekenyalan mie basah dinilai panelis sangat dipengaruhi oleh perlakuan. Makin banyak Mocaf yang digunakan, kekenyalan mie basah makin turun dibandingkan dengan mie komersial. Mie dengan perbandingan terigu dan mocaf 7525 dengan berbagai rasio tepung ikan memiliki kekenyalan yang sama baiknya dengan mie komersial 2,5-3,2. Sedangkan untuk perlakuan terigu mocaf 5050 dengan variasi tepung ikan memiliki kekenyalan yang agak tidak baik dibandingkan mie komersial 1,65-2,3 Gambar 1. Semakin tinggi presentasi Mocaf kandungan gluten semakin berkurang sehingga dalam pembuatan mie basah menghasilkan kekenyalan yang agak tidak baik dibandingkan mie basah komersial dari tepung terigu. Gluten dalam tepung terigu sangant menentukan tingkat kekenyalan dari mie yang dihasilkan. PENUTUP Kesimpulan Perbandingan tepung terigu Mocaf tepung ikan memberikan pengaruh terhadap karakteristik fisik mie basah dengan perlakuan terbaik perbandingan 752510. Mie basah dengan perbandingan ini memiliki waktu pemasakan 127 detik, daya rehidrasi 57,66%, cooking loss 5,29% dan elastisitas 18,82%. Mie Basah perbandingan 752510 dengan uji pembanding jamak, memiliki karakteristik organoleptik warna, aroma, rasa, dan kekenyalan yang sama baik dengan mie komersial. REFERENSI Amri E. & P. Pratiwi. 2014. Pembuatan Mocaf Modified Cassava Flour DenganProses Fermentasi Menggunakan Beerapa Jens Pelangi. Vol 6 Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Basman A., & S. Yalcin. 2011. Quick-boiling noodle production by using infrared drying. Journal of Food Engineering 106 2011 245โ€“252 Hou, G. G., dan M. Kruk., 1998. Asian Noodle Technology, Technical Bulletin 20121-10. Oโ€™Brien, Andrew, and Nigel, 1991. Improved Enzymic Assay for Cyanogens in Fresh and Processed Cassava. Journal of Science Food Agriculture. 26; 277โ€“ 289 Purnamasari, Elly; Bambang; Andi,.2006. Potensi Dan Pemanfaatan Bahan Baku Produk Tepung Ikan. 3 Rahayu, N. P. 2015. Karakteristik Mie Kering Yang Disubstitusi Tepung Gayam Inocacrpus edulis. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Jember. Helen. C. D. Tuhumury, La Ega dan Pipit Sulfiyah, Karakteristik Fisik Mie Basah Dengan Variasi Tepung Terigu, Tepung Mocaf, Dan Tepung Ikan Tuna 50 Ramlah. 1997. Sifat Fisik Adonan Mie dan Beberapa Jenis Gandum dengan Penambahan Kansui, Telur dan Ubi Kayu. Yogyakarta Universitas Gajah Mada. Setyaningsih D., A. Apriyantono., dan Sari. 2012. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Subagyo. 2008. MOCAF. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2016. Trisnawati dan Nisa. 2015. Pengaruh Penambahan Konsentrat Protein Kelor dan Karagenan terhadap Kualitas Mie Kering Tersubtirusi MOCAF. Jurnal Pangan dan Agroindustri No 1 p237-247 ... The low rehydration power of noodles is due to a large amount of anchovy flour used. These results are in accordance with the research of Tuhumury et al. 2020, where noodles with the addition of flour 20% have a low rehydration power of 49,54% compared to control noodles of 64,09%. Dried noodles with the fortification of 10% eel fish meal had the lowest rehydration power of 138,26% Rahmawati et al. 2016. ...... The interaction of proteins and polysaccharides plays an important role in the structure of foodstuffs. Large amounts of fish protein will compete with carbohydrates to bind water molecules Tuhumury et al. 2020. Sipayung 2014 explains that the rehydration power is inversely proportional to the water content. ... Gerard M O'BrienAndrew J. TaylorNigel H PoulterThe assay for cassava cyanogens developed at the Natural Resources Institute has been modified to overcome some of the problems encountered when the assay is applied to cassava products. Inclusion of 25% ethanol in the extraction medium increased the volume of recovered extract from heat-processed cassava products, eliminated the need for centrifugation and did not interfere with any aspect of the assay. Greater cyanohydrin recovery was noted and the calculation for cyanogen contents was changed to take into account the total extract volume. The separate assay of the three cyanogens glucosides, cyanohydrins and free cyanide was achieved by buffering aliquots of the extract followed by appropriate treatment. The importance of assaying for free cyanide HCN at pH 4 was demonstrated. Above this pH, cyanohydrin degradation also produces free cyanide, giving rise to misleading values. The efficiency of the extraction medium in recovering added linamarin and cyanohydrin from cassava foods was determined. Recoveries of cyanohydrin were improved using the ethanol/acid stability of the cyanogens in the ethanol/acid extraction medium was tested at ambient and refrigeration temperatures. Over a two-month period, refrigerated extracts showed acceptable variation as compared with normal variation within the assay 5% for total and non-glycosidic cyanogens but the levels of free cyanide showed heavy losses 15โ€“56% lost. Since the relative toxicities of the three cyanogens have yet to be ascertained, the relative amount of each cyanogen may be important when assessing the safety of cassava Mie dan Bihun. Penebar SwadayaM AstawanAstawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Waterabsorption merupakan kemampuan tepung terigu menyerap air. Kemampuan daya serap air tepung terigu akan berkurang jika kadar air dalam tepung terlalu tinggi atau tempat penyimpanannya lembab. Dalam pembuatan roti, umumnya diperlukan water absoption yang lebih tinggi daripada pembuatan mie dan biskuit (Forwardo dkk, 2008).
Terigu merupakan bahan baku yang paling ideal untuk pembuatan roti. Tepung terigu yang digunakan dalam pembuatan roti adalah dari jenis terigu hard hard wheat karena tepung terigu hard mampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonan yang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar serta mengandung protein paling tinggi dibanding dengan tipe terigu lainya yaitu berkisar antara 8% โ€“ 9%, โ€“ dan 12% โ€“ 14%. Di dalam tepung terigu terdapat senyawa yang dinamakan gluten. Hal ini yang membedakan tepung terigu dengan tepung tepung lainnya Medium wheat & soft wheat Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein gliadin dan glutenin yang dapat membentuk gluten pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas CO2 hasil fermentasi. Gas CO2 yang tertahan dalam kerangka jaringan gluten dapat lolos kembali apabila kerangka gluten yang terbentuk tidak kuat, akibatnya roti menjadi kempes kembali setelah dioven Haryono, 1992. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik, juga dapat menentukan kekenyalan mie serta berperan dalam pembuatan kulit martabak telur supaya tidak mudah robek. Umumnya kandungan gluten menentukan kadar protein tepung terigu, semakin tinggi kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung terigu tersebut. Kadar gluten pada tepung terigu yang menentukan kualitas pembuatan suatu makanan, sangat tergantung dari jenis gandumnya Kualitas tepung terigu dipengaruhi oleh moisture kadar air, ash kadar abu, dan beberapa parameter fisik lainnya, seperti water absorption, development time, stability, dan lain-lain. kadar air adalah jumlah kadar air pada tepung terigu yang mempengaruhi kualitas tepung. Bila jumlah moisture melebihi standar maksimum maka memungkinkan terjadinya penurunan daya simpan tepung terigu karena akan semakin cepat rusak, berjamur dan bau apek. Ash adalah kadar abu yang ada pada tepung terigu yang mempengaruhi proses dan hasil akhir produk antara lain warna produk warna crumb pada roti, warna mie dan tingkat kestabilan adonan. Semakin tinggi kadar Ash semakin buruk kualitas tepung dan sebaliknya semakin rendah kadar Ash semakin baik kualitas tepung. Hal ini tidak berhubungan dengan jumlah dan kualitas protein Kemampuan tepung terigu menyerap air disebut Water Absorption. Kemampuan daya serap air tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung Moisture terlalu tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Water Absorption sangat bergantung dari produk yang akan dihasilkan, dalam pembuatan roti umumnya diperlukan water absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit. Kecepatan tepung terigu dalam pencapaian keadaan develop kalis disebut Developing Time. Bila waktu pengadukan kurang disebut under mixing yang berakibat volume tidak maksimal, serat/remah roti kasar, roti terlalu kenyal, aroma roti asam, roti cepat keras, permukaan kulit roti pecah dan tebal. Sedangkan bila kelebihan pengadukan disebut Over Mixing yang berakibat volume roti melebar/datar, roti kurang mengembang, serat/remah roti kasar, warna kulit roti pucat, permukaan roti mengecil, permukaan kulit roti banyak gelembung dan roti tidak kenyal. Terakhir adalah Stability yaitu kemampuan tepung terigu untuk menahan stabilitas adonan agar tetap sempurna meskipun telah melewati waktu develop kalis. Stabilitas tepung pada adonan dipengaruhi beberapa hal antara lain jumlah protein, kualitas protein dan zat additive/tambahan Post navigation
DayaSerap Air Daya serap air (water absorption) menunjukkan kemampuan tepung dalam menyerap air pada satuan waktu tertentu. Kapasitas penyerapan air pada tepung berkaitan dengan komposisi granula dan sifat fisik pati setelah ditambahkan dengan sejumlah air, granula pati dapat basah dan secara spontan terdispersi dalam air yang disebabkan oleh
Latar Belakang Tepung merupakan butiran-butiran halus yang berukuran sangat kecil tergantung pada jenis asalnya serta mengandung amilosa dan amilopektin. Tepung terigu pada umumnya digunakan untuk membuat kue dan bahan masak-memasak lainnya. Selain itu, tepung juga digunakan untuk pengentalan makanan, kemampuan pengentalan tepung ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap air sehingga butiran-butiran tepung tersebut membesar dan apabila dipanaskan maka granula tersebut akan rusak dan pecah sehingga terjadi proses gelatinisasi. Pada peristiwa gelatinisasi tepung, MEDIA DAN ALAT PENGUJIAN SERTA METODENYA viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi Moehyl, 1992. Pada umumnya tepung terigu memiliki kandungan protein berkisar antara 8%- 9%, โ€“ % dan 12 % โ€“ 14 %. Ciri khas tepung terigu yaitu mengandung gluten yang tidak dimiliki oleh jenis tepung lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik, yang dapat menentukan kekenyalan mie serta berperan dalam pembuatan kulit martabak telur supaya tidak mudah robek. Umumnya kandungan gluten menentukan kadar protein tepung terigu, semakin tinggi kadar gluten, semakin tinggi kadar protein tepung terigu tersebut. Kadar gluten pada tepung terigu, yang menentukan kualitas pembuatan suatu makanan, sangat tergantung dari jenis gandumnya 2011. Protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam air. Protein-protein yang tidak larut dalam air ini disebut gliadin dan glutein. Glutein adalah bentuk dari protein yang tidak larut didalam air jika tepung dipanaskan dan dicampurkan dengan air. Glutein bisa diekstrak dengan cara mencucinya dengan air hingga patinya hilang. Glutein yang telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutenin dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan Parker, 2003. Pada Gandum, kandungan gluten tidak tersebar merata pada keseluhuran butiran endosperm biji gandum, tetapi berpusat didalam bagian badan protein yang mengandung jaringan lemak. Bagian ini bertindak sebagai pusat untuk sintesis gliadin dan glutenin. Tepung gandum mengandung kurang lebih 0,5% hingga 0,8% pentosa yang larut dalam air dan kurang lebih 0,8% lipida bebas serta 1,0% lipida yang terikat Desrosier, 2008. BAHAN Tepung terigu Air Aquadest 2. ALAT-ALAT Mangkok Sendok pengaduk Piring Timbangan Baskom Oven Serbet Flanel Cawan Kertas lakmus PENGUJIAN Ambil dan timbang tepung terigu sebanyak 10 g. Tambahkan larutan NaCl 1% sebanyak 5 ml, uleni sampai adonan menjadi terlihat bentuk adonan menjadi bola dan rendam dalam air selama 1 menit setelah itu kemudian cuci dengan air sampai air cuciannya terlihat jernih. 2. Uji Daya Serap Air Timbang sisa adonan yang bertahan dari hasil pencuciaan tadi sebagai gluten basah dan keringkan dalam oven pada suhu 100ยบC sehingga diperoleh gluten kering kemudian ditimbang,Dengan Perhitungan Daya Serap Air % = ml air / gr tepung terigu. Perhitungan Daya Serap Air % = ml air / gr tepung terigu x 100 % = 12/25 x 100%48% Tepung terigu berasal dari biji gandum yang dihaluskan melalui beberapa tahap proses penggilingan. Tepung terigu biasanya digunakan d alam pembuatan bahan makanan seperti kue-kue, mie, makanan tradisional, dan lain-lain. Tepung terigu dapat dikelompokkan atas tiga bagian yaitu Tepung berprotein tinggi bread flour, yaitu tepung terigu yang mengandung kadar protein tinggi, antara 11%-13%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, dan berprotein sedang/serbaguna all purpose flour adalah tepung terigu yang mengandung kadar protein sedang, sekitar 8%-10%, digunakan sebagai bahan pembuat berprotein rendah pastry flour mengandung protein sekitar 6%-8%, umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit gorengan ataupun keripik hal ini sesuai dengan referensi yang ditulis oleh Moehyl 1992 yaitu tepung merupakan butiran-butiran halus yang berukuran sangat kecil tergantung pada jenis asalnya serta mengandung amilosa dan amilopektin. Tepung terigu pada umumnya digunakan untuk membuat kue dan bahan masak-memasak lainnya. Selain itu, tepung juga digunakan untuk pengentalan makanan, kemampuan pengentalan tepung ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap air sehingga butiran-butiran tepung tersebut membesar dan apabila dipanaskan maka granula tersebut akan rusak dan pecah sehingga terjadi proses gelatinisasi. Pada peristiwa gelatinisasi tepung, viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi. Kemampuan tepung terigu dalam menyerap air disebut dengan โ€œWater Absorptionโ€. Kemampuan daya serap air pada tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung terlalu tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Water absorption sangat bergantung dari produk yang akan dihasilkannya. Dalam pembuatan roti umumnya diperlukan water absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit. Gluten adalah senyawa yang terdapat dalam tepung terigu yang memiliki sifat elastis apabila dicampurkan denga air. Pada tepung terigu dengan berat gluten basah sebesar 12,9 gr dan berat gluten kering 8,8 gr menghasilkan daya serap air yaitu sekitar 48%. Hal ini sesuai dengan pendapat Desrosier 2008 yaitu pada gandum, kandungan gluten tidak tersebar merata pada keseluhuran butiran endosperm biji gandum, tetapi berpusat didalam bagian badan protein yang mengandung jaringan lemak. Bagian ini bertindak sebagai pusat untuk sintesis gliadin dan glutenin. Tepung gandum mengandung kurang lebih 0,5% hingga 0,8% pentosa yang larut dalam air dan kurang lebih 0,8% lipida bebas serta 1,0% lipida yang terikat. Gluten adalah campuran amorf bentuk tak beraturan dari protein yang terkandung bersama pati dalam endosperma dan juga tepung yang dibuat darinya beberapa serelia terutama gandum, gandum hitam, dan jelai. Dari ketiganya gandumlah yang paling tinggi kandungan glutennya. Kandungan gluten dapat mencapai 80% dari total protein dalam tepung dan terdiri dari glutenin dan gliadin. Gluten membuat adonan kenyal dan dapat mengembang karena bersifat kedap udara. Tepung gandum mengandung kurang lebih 0,5 sampai 0,8 % pentose yang larut dalam air. Zat ini meiliki sifat kelarutan dalam air sehinnga menghasilkan larutan yang sangat kental. Terjadinya pengentalan disebabkan tepung mempunyai kemampuan menyerap air. Gluten basah yaitu jenis adonan tepung terigu yang telah dicampuri dengan air sehingga tidak terlalu encer atau tidak terlalu padat. Gluten basah bisa dihitung kadar beratnya, yaitu dengan cara ditimbang dengan timbangan yang telah ditetapkan. Gluten basah bertekstur kenyal dan mengandung amilopektin dan protein dari gilladin dan banyak digunakan dalam pembuatan mie basah. Hal ini sesuai dengan literatur Moehyl 1992, yang menyatakan bahwa pada peristiwa gelatinisasi tepung, viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi. Semakin besar jumlah gluten basah, maka daya serap air akan semakin tinggi yaitu pada gluten basah yang beratnya 13,2 gr menghasilkan DSA sebanyak 56%, hal ini terjadi karena gluten merupakan suatu protein yang hidrofilik yang dapat mengikat air. Hal ini sesuai dengan pendapat Parker 2003, yaitu protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam air. Protein-protein yang tidak larut dalam air ini disebut gliadin dan glutein. Glutein adalah bentuk dari protein yang tidak larut didalam air jika tepung dipanaskan dan dicampurkan dengan air. Gluten kering yaitu jenis adonan tepung terigu yang membentuk gluten basah dan kemudian dikeringkan pada suhu tertentu hingga kadar airnya minimum, pembuatan gluten kering berguna untuk mempertahankan tekstur kekenyalan bahan pengawetan gluten basah hingga akan membentuk gelatin lagi jika dipanaskan dengan menggunakan air mendidih. Gluten kering banyak digunakan dalam proses pembuatan mie instan, pasta, sphageti, roti, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan literatur dari Parker 2003, yang menyatakan bahwa glutein yang telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutenin dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan. Kemampuan tepung terigu menyerap air disebut Water Absorption. Kemampuan daya serap air pada tepung terigu berkurang bila kadar air dalam tepung moisture terlalu tinggi atau tempat penyimpanan yang lembab. Water Absorption sangat bergantung dari produk yang akan dihasilkan. Dalam pembuatan roti umumnya diperlukan water absorption yang lebih tinggi dari pada pembuatan mie dan biskuit. Hal ini sesuai dengan literatur Moehyl 1992 yang menyatakan bahwa tepung juga digunakan untuk pengentalan makanan, kemampuan pengentalan tepung ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap air sehingga butiran-butiran tepung tersebut membesar dan apabila dipanaskan maka granula tersebut akan rusak dan pecah sehingga terjadi proses gelatinisasi. Pada peristiwa gelatinisasi tepung, viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi. DAFTAR PUSTAKA Desrosier, 2008. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Penerjemah, M. Miljohardjo. UI-Press, Jakarta. 2010. Seputar Tepung Terigu 22 November 2011. Moehyl, S., 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara, Jakarta. Parker, R., 2003. Introduction to Food Science. Delmar Thompson Learning, United States. Dalampembuatan mie, kadar protein tepung terigu yang digunakan berkisar antara 11 - 14,5% atau tepung terigu berprotein tinggi (Gomez, 2007 dalam Lubis, 2013). Gandum yang telah diolah menjadi tepung terigu menurut (Rustandi, 2011) dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan yang dibedakan berdasarkan kandungan protein yang dimiliki, yakni : a. Tepung terigu menjadi salah satu bahan utama dalam masakan sehari-hari. Mulai dari bahan kue, cake, mie, hingga gorengan. Meski bentuk tepung terigu terlihat seragam, namun ada beberapa jenis tepung terigu yang harus Sedulur tahu lho. Apalagi beda masakan, berbeda pula tepung terigu yang digunakan. Kira-kira apa saja sih jenis jenis tepung terigu ? Yuk simak penjelasannya di sini. Ada 3 jenis tepung terigu yang bisa Sedulur pilih untuk kegunaan masakan. Pemilihan tepung terigu yang tepat tentu penting karena akan memengaruhi rasa dan kualitas masakan. Perbedaan jenis-jenis tepung terigu biasanya terletak pada kandungan proteinnya. Protein inilah yang memengaruhi kerekatan adonan dari makanan. Supaya tak salah pilih, yuk kenali apa saja jenis-jenisnya. Tepung terigu protein rendah Unsplash Sesuai dengan namanya, tepung terigu jenis ini memiliki kadar protein yang rendah. Kandungan protein pada tepung terigu jenis ini memiliki presentase di bawah 10 persen. Jika Sedulur ingin membuat masakan seperti kue kering, cookies, dan sebagai macamnya, tepung terigu protein rendah adalah pilihan yang tepat. Tepung terigu protein rendah lebih cocok untuk hasil masakan yang tak terlalu membutuhkan tekstur kenyal dan elastis. Tepung jenis ini memberikan tekstur makanan yang lebih renyah. Selain itu, tepung protein rendah juga memiliki kandungan air yang sangat rendah, sehingga makanan yang dihasilkan akan lebih tahan lama dalam penyimpanan. Tepung terigu protein sedang Unsplash Varian tepung terigu ini memiliki kandungan protein antara 11 โ€“ 13 persen. Berbeda dengan tepung terigu protein rendah, tepung terigu jenis ini digunakan untuk masakan-masakan yang tidak terlalu kering, tetapi juga tidak terlalu basah. Sehingga seringkali disebut sebagai tepung terigu serbaguna. Masakan-masakan yang menggunakan tepung terigu ini antara lain gorengan seperti tempe atau pisang goreng. Tak hanya itu, buat Sedulur yang suka memasak olahan kue seperti pancake, waffle, croffle, dan sebagainya, disarankan memakai tepung terigu protein sedang sebagai salah satu bahan utama. Sebab seperti dijelaskan di atas, tepung ini akan menghasilkan masakan yang tak terlalu kering, namun juga tidak terlalu basah. Kue kering seperti nastar dan kastangel juga biasanya menggunakan tepung terigu protein sedang sebagai bahan campuran. Tepung terigu protein tinggi Unsplash Dibandingkan dua jenis lainnya, tepung terigu varian ini tentu memiliki kandungan protein yang paling tinggi. Yakni berkisar antara 14-16 persen. Tepung protein dibutuhkan untuk makanan-makanan yang membutuhkan tekstur kenyal dan elastis. Jenis tepung terigu yang paling baik untuk membuat mie adalah varian yang satu ini. Dimana tekstur mie memang harus elastis dan kenyal. Tak hanya mie, tepung protein tinggi dibutuhkan untuk membuat olahan seperti kue basah seperti roti tawar, donat, kue bolu, dan sebagai macamnya. Selain itu, merk tepung terigu protein tinggi yang bisa Sedulur pilih antara lain Cakra Kembar, Golden Eagle, Lencana Merah, Nippon Komachi, dan Sriboga Hime. Manfaat tepung terigu di kehidupan sehari-hari Tak hanya untuk bahan masakan, tepung terigu ternyata juga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari lho. Apa saja sih? Yuk simak! Mengembalikan kilau barang yang terbuat dari logam Caranya campur tepung terigu dengan garam dan cuka. Aduk jadi satu hingga menjadi pasta. Lalu oleskan pada benda logam yang ingin dibersihkan, tunggu hingga kering, lalu bersihkan dengan kain. Membantu alpukat cepat matang Hampir sama dengan beras, membuat alpukat cepat matang adalah dengan memasukkan buah alpukat setengah matang ke dalam wadah yang berisi tepung. Lalu diamkan 1 hari penuh. Masker pencerah kulit Untuk kebutuhan kecantikan, tepung juga bisa memberikan manfaat lho. Salah satunya sebagai bahan masker pencerah kulit. Caranya campurkan tepung terigu dengan 1 sendok makan yogurt dna sedikit bubuk kunyit, aduk rata. Lalu oleskan pada kulit wajah dan diamkan 25 menit. Setelah itu bilas dengan air bersih. Cukup mudah bukan untuk mencari cara mengetahui tepung terigu protein tinggi dan sedang serta rendah. Satu hal yang perlu Sedulur perhatikan, tepung terigu protein tinggi tidak tahan lama dan jika disimpan terlalu lama bisa menimbulkan jamur. Maka dari itu, jika menyimpan tepung protein tinggi, Sedulur harus cek secara berkala untuk tetap menjaga kualitasnya. Bagi Sedulur yang butuh membeli sejumlah jenis tepung terigu, Sedulur bisa membelinya di Aplikasi Super lho. Sedulur akan mendapatkan harga yang lebih murah dan kemudahan belanja hanya lewat ponsel. Yuk unduh aplikasinya di sini sekarang. Sementara Sedulur yang ingin bergabung menjadi Super Agen bisa cek di sini sekarang juga. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan, antara lain mendapat penghasilan tambahan dan waktu kerja yang fleksibel! Dengan menjadi Super Agen, Sedulur bisa menjadi reseller sembako yang membantu lingkungan terdekat mendapatkan kebutuhan pokok dengan mudah dan harga yang lebih murah. Karanganyang berisi kisah atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang disebut? Cari. Cari. Recent Posts. Tingkat kelengketan beras sangat dipengaruhi oleh kandungan? Kepulenan beras dipengaruhi oleh kandungan? Kemampuan tepung terigu dalam menyerap air disebut? Bagaimana sifat dari gluten? Sumber bahan makanan nabati 100% found this document useful 1 vote6K views5 pagesOriginal Titlesifat fisik tepungCopyrightยฉ Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote6K views5 pagesSifat Fisik TepungOriginal Titlesifat fisik tepungJump to Page You are on page 1of 5 You're Reading a Free Preview Page 4 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. . 155 51 435 187 402 78 455 123

kemampuan tepung terigu dalam menyerap air disebut